A.
Arti Penting Stress
Stres adalah suatu kondisi yang dinamis saat seorang individu
dihadapkan pada peluang, tuntutan, atau sumber daya yang terkait dengan apa
yang dihasratkan oleh individu itu dan yang hasilnya dipandang tidak pasti dan
penting. Stress juga merupakan beban rohani yang melebihi kemampuan maksimum
rohani itu sendiri, sehingga perbuatan kurang terkontrol secara sehat.
·
Efek – efek Stress menurut Hans Selye
Hans Selye (1946 – 1976) melakukan riset terhadap dua respon
fisiologis tubuh terhadap stress yaitu :
1.
GAS (General Adaptation Syndrom )
Merupakan respon fisiologis dari seluruh tubuh terhadap
stress. Respon yang terlibat ialah sistem saraf otonom dan sistem syaraf
endokrin.
Terdapat 3 fase yaitu :
§ Fase Alarm (
Waspada)
§ Fase Resistance
(Melawan )
§ Fase Exhaustion
( Kelelahan )
2.
LAS ( Local Adaptation Syndrom)
Tubuh menghasilkan banyak respon setempat terhadap stress. Respon
setempat ini termasuk pembekuan darah dan penyembuhan luka.
Karakteristik dari LAS :
§ Respon yang
terjadi hanya setempatdan tidak melibatkan semua system
§ Respon bersifat
adaptif diperlukan stressor untuk menstimulasikan
§ Respon bersifat
jangka pendek dan tidak terus menerus
§ Respon bersifat restorative
·
Faktor Individual
Ketika seseorang menemukan stressor dalam lingkungannya,
terdapat dua karakteristik pada stressor yang akan mempengaruhi reaksi terhadap
stressor yaitu : berapa lama ia harus menghadapi stresor (duration), dan berapa
terduganya stresor itu (predictability)
·
Faktor Sosial
Dukungan sosial mempengaruhi reaksi seseorang dalam
menghadapi stres. Dukungan sosial yaitu : Dukungan emosional, Dukungan
informasi (nasihat).
B.
Tipe – Tipe Stress Psikologis
1)
Tekanan
Tekanan muncul dalam kehidupan sehari – hari. Tekanan bisa muncul
dari dalam diri sendiri dan juga bisa muncul dari orang lain.
2)
Frustasi
Muncul karena adanya kegagalan saat ingin mencapai suatu
tujuan. Frustasi ada yang bersifat intrinsik (cacat tubuh, kegagalan usaha) dan
bersifat ekstrinsik (kecelakaan, bencana alam, kematian)
3)
Konflik
Konflik timbul karena ketidak mampuan memilih keinginan,
kebutuhan atau tujuan. Bentuk – bentuk konflik :
§ Approach –
approach conflict
§ Approach avoidant
conflict
§ Avoidant –
avoidant conflict
4)
Kecemasan
Kecemasan merupakan suatu kondisi individu merasakan
kekhawatiran, kegelisahan dan rasa tidak nyaman yang tidak terkendali.
C.
Symptom – Reducing Responses Terhadap Stress
Individu memiliki mekanisme petahanan diri masing – masing untuk
mengurangi gejala stres, yaitu:
a)
Kompensasi
Seorang individu tidak memperoleh kepuasan dibidang tertentu,
tetapi mendapatkan kepuasaan dibidang lain. Misalnya Andi memiliki nilai yang
buruk dalam bidang Matematika, namun prestasi olahraga yang ia miliki sangat
memuaskan.
b)
Overcompensation / Reaction Formation
Perilaku seseorang yang gagal mencapai tujuan dan orang
tersebut tidak mengakui tujuan pertama tersebut dengan cara melupakan serta
melebih-lebihkan tujuan kedua yang biasanya berlawanan dengan tujuan pertama.
c)
Sublimasi
Sublimasi adalah suatu mekanisme sejenis yang memegang
peranan positif dalam menyelesaikan suatu konflik dengan pengembangan kegiatan
yang konstruktif.
d)
Proyeksi
Proyeksi dalah mekanisme perilaku dengan menempatkan
sifat-sifat batin sendiri pada objek di luar diri atau melemparkan kekurangan
diri sendiri pada orang lain. Mutu proyeksi lebih rendah daripada rasionalisasi.
e)
Introyeksi
Introyeksi adalah memasukan dalam pribadi dirinya sifat-sifat
pribadi orang lain.
f)
Represi
Represi adalah konflik pikiran, impuls-impuls yang tidak
dapat diterima dengan paksaan ditekan ke dalam alam tidak sadar dan dengan
sengaja melupakan.
g)
Regresi
Regresi adalah mekanisme perilaku seseorang yang apabila
menghadapi konflik frustasi, ia menarik diri dari pergaulan dengan
lingkunganya.
individu dapat menggunakan strategi coping yang spontan untuk
mengatasi stress “minor”.
D.
Pendekatan “Problem
Solving” Terhadap Stress
Salah satu cara menangani stress yaitu menggunakan metode
Biofeedback, yaitu mengetahui bagian – bagian tubuh yang terkena stres kemudian
belajar untuk menguasainya. Teknik ini menggunakan alat yang rumit sebagai
feedback. Memberikan sugesti kepada diri sendiri, berikan sugesti yang positif
.
Referensi
Halgin, R.P., Whitbourne, S.K. 2010. Psikologi abnormal. Jakarta: Salemba Humanika
Tidak ada komentar:
Posting Komentar