Kelompok 8 (Alpukat)
Disusun oleh :
Andrew Wiratama
Mikha Meyanti B.
Riyan Anugerah
Ulfah Indah K.
Wira Utami H.
Andrew Wiratama
Mikha Meyanti B.
Riyan Anugerah
Ulfah Indah K.
Wira Utami H.
kelas : 3PA06
Judul film: Tears of the Sun
Sutradara: Antoine Fuqua
Genre: Perang
Durasi: 121 Menit
Pemain film Tears of the Sun:
Bruce
Willis sebagai Letnan A.K. Waters
Monica
Bellucci sebagai Dr. Lena Kendricks
Cole
Hauser sebagai James "Red" Atkins
Eamonn
Walker sebagai Ellis "Zee" Pettigrew
Johnny
Messner sebagai Kelly Lake
Nick
Chinlund sebagai Michael "Slo" Slowenski
Charles
Ingram sebagai Demetrius "Silk" Owens
Paul
Francis sebagai Danny "Doc" Kelley
Chad
Smith sebagai Jason "Flea" Mabry
Peter
Mensah sebagai Terwase
Tom
Skerritt sebagai Captain Bill Rhodes
Malick
Bowens sebagai Colonel Idris Sadick
Sammi
Rotibi sebagai Arthur Azuka
Lloyde
Del Mundo sebagai David Norton
Sinopsis
Film Tears of the Sun :
Tears
of The Sun adalah film yang diproduksi pada tahun 2003. Bercerita tentang
pemerintah Nigeria yang telah jatuh dan negara ini di ambang perang saudara.
Letnan A.K. Waters (Bruce Willis) telah ditugaskan untuk memimpin sebuah timnya
ke hutan Nigeria untuk menyelamatkan orang amerika yang bernama Dr Lena Kendricks
(Monica Bellucci). Ketika Waters dan
timnya menemukan Kendricks, dia mengatakan kepada ia dia tidak akan
meninggalkannya pasien tak berdaya untuk dibantai oleh parapemberontak, karena
hal tersebut timbul perpecahan di tubuh tim yang dipimpin oleh Waters.
Dalam
film ini unit navy seal yang dijatuhkan ke zona petang saudara di negeria untuk
menjalankan misinya, yaitu untuk menyelamatkan Dr. Lena Kendricks yang
berkewarganegaraan amerika, serta dua suster dan seorang pendeta. Saat ingin
menyelamatkan mereka kedua suster dan seorang pendeta tersebut tidak ingin ikut
dengan unit navy seal, mereka ingin tinggal dengan para pengungsi.Di sisi yang
lain ia harus cepat bergerak jika mereka semua ingin pulang ke rumah mereka
masing-masing karena pasukan pemberontak sudah mengincar mereka semua tepat
dibelakang.
Letnan
A.K. Waters yang diperankan oleh Bruce Willis merupakan seorang komandan pada
kesatuan elit Navy Seal, AS yang diperintahkan oleh atasannya Kapten Bill
Rhodes (Tom Skerritt) untuk misi kemanusiaan yakni masuk ke negara Nigeria dan
mengeluarkan warga negara asing dari negara tersebut ke negara terdekat yang
relatif aman di perbatasan yaitu Kamerun. Hal ini dilakukan karena di Nigeria
tengah terjadi konflik etnis yang mengarah ke perang saudara. Tidak semata-mata
konflik etnis, tetapi juga telah mengarah ke tindakan makar terhadap
pemerintahan yang berkuasa, yaitu Presiden Samuel Azuka. Rupanya Presiden Azuka
ini bukan hanya presiden bagi rakyat Nigeria, tetapi juga merupakan raja suku
Ibo yang berdomisili di bagian selatan Nigeria.
Sementara
itu para pemberontak dipimpin oleh Mustafa Yakubu mengusai wilayah bagian
utara, yang berusaha menggulingkan kekuasaan Presiden Azuka. Kudeta pun
akhirnya terjadi, keluarga presiden termasuk Presiden Asuka akhirnya tewas
dalam kudeta itu. Setelah presidennya tewas, kediktatoran Mustafa Yakubu makin
merajalela. Pembersihan etnis Ibo dilakukan dengan cara kekerasan. Tentu saja
warga sipil ketakutan, agar tidak dibunuh mereka melarikan diri mengungsi ke
wilayah perbatasan. Akibatnya para warga asing yang menjalankan misi
kemanusiaan dan keagamaan dan kebetulan tengah berada di area konflik pun
kebingungan dan berusaha menyelamatkan diri. Inilah awal mula misi penyelamatan
yang diemban oleh Letnan A.K. Waters.
Oleh Kapten Bill Rhodes, Waters hanya
ditugaskan untuk mengekstradisi seorang tenaga medis berkebangsaan Amerika yang
bernama Dr. Lena Kendricks (diperankan oleh Monica Bellucci), seorang pastor
dan dua orang biarawati disana dan menghindari kontak senjata dengan pihak yang
sedang bertikai. Sebagai prajurit yang loyal, Waters mematuhi perintah
atasannya itu. Meskipun demikian seluruh tim yang dikomandani Waters diberi
persenjataan yang lengkap. Akhirnya tim penyelamat yang terdiri dari Slo, Flea,
Lake, Sutra, Zee, Doc, dan Red yang dipimpin Letnan Waters ini pun
diberangkatkan dari kapal perang USS Harry Truman yang berlayar diperairan
Afrika menuju ke daerah konflik. Sampai di lokasi ternyata tidak semudah yang
dikira Waters. Dr. Lena yang harusnya diselamatkan justru menolak diekstradisi
karena lebih memilih tinggal di semacam rumah sakit darurat dengan para
pengungsi dan pasiennya yang tentunya sangat membutuhkan tenaganya.
Dokter
cantik itu hanya mau diselamatkan jika tim Waterspun mau membawa serta para
pengungsi dan pasien yang tengah dirawatnya ke tempat yang aman yaitu di
perbatasan. Disinilah perang batin Waters mulai diuji, antara mematuhi perintah
komandan yang hanya perlu menyelamatkan target utama seorang dokter atau
menuruti permintaan dokter itu yang ingin membawa rombongan yang jumlahnya
lumayan besar. Tapi tugas tetap harus dijalankan. Karena lokasi yang aman
jaraknya kurang lebih 12 kilometer dari tempat itu, maka akhirnya diputuskan
untuk membawa para pengungsi dan pasien yang masih mampu berjalan saja.
Sementara yang sudah tidak mampu berjalan tetap ditinggal di rumah sakit itu
bersama para misionaris. Tepat ketika fajar menyingsing, mereka mulai
menjalankan misi itu. Dengan menembus hutan rombongan pengungsi yang dikawal
pasukan Letnan Waters berjalan menuju ke perbatasan. Ketika malam tiba, mereka
tidak bisa beristirahat terlalu lama karena pasukan pemberontak ternyata terus
mengejar mereka. Pada akhirnya sampailah mereka di titik penjemputan helikopter
yang akan membawa Dr. Lena dan tim. Rupanya ini adalah ide awal dari pasukan
Waters. Mereka sengaja membawa para pengungsi itu sekedar agar Dr. Lena mau
diekstradisi. Dengan susah payah Letnan Waters memaksa Dr. Lena masuk
helikopter, walaupun Dr. Lena sekuat tenaga meronta tetap tak mampu menandingi
tenaga seorang tentara bernama Waters itu. Sementara para pengungsi dibiarkan
tetap tinggal dihutan. Begitu helikopter terbang dan melintas di atas sebuah
desa, barulah Letnan Waters dan pasukannya melihat dengan mata kepala sendiri.
Para pemberontak tidak saja menghancurkan desa itu, tapi juga membunuh
penduduknya.
Menyadari
bahwa perbuatan yang dilakukannya salah, akhirnya Letnan Waters dan pasukan
menyuruh pilot untuk memutar kembali haluan menuju ke para pengungsi yang tadi
ditinggalkannya. Sebagian pengungsi diangkut oleh helikopter dan sisanya
diputuskan akan dikawal oleh pasukan Letnan Waters hingga ke perbatasan. Begitu
melintasi sebuah desa, lagi-lagi rombongan pengungsi yang dikawal oleh pasukan
Letnan Waters dan Dr. Lena melihat kebrutalan para pemberontak. Mereka dengan
kejam menyiksa dan membunuh rakyat suku Ibo, bahkan tidak segan-segan
memperkosa para wanitanya. Disinilah keputusan Letnan Waters dan pasukannya
makin kuat untuk mengawal para pengungsi hingga ke perbatasan. Tak lupa diapun
melapor ke komandannya Kapten Rhodes bahwa pasukannya tidah hanya
mengekstradisi Dr.Lena, tapi bersamanya pula saat itu ada sejumlah pengungsi
yang perlu dikawal dengan selamat hingga ke perbatasan. Kapten Rhodes tetap
pada pendiriannya bahwa target utama pasukan Waters hanya menyelamatkan Dr.
Lena, bukan para pengungsi. Sementara Letnan Waters pun juga tetap bersikukuh
akan mengawal para pengungsi. Apalagi ketika satu persatu pasukannya ditanya
akan kesanggupan mereka mengawal para pengungsi sampai di perbatasan. Satu
persatu pasukannya menyatakan siap dan tidak menganggap lagi para pengungsi
sebagai beban mereka
Yang mengherankan bagi pasukan Waters ini,
setiap pergerakan mereka dengan mudah dapat dilacak oleh para pemberontak.
Melalui scan monitor satelit terlihat posisi para pemberontak yang semakin
mendekat ke mereka. Disinilah Slo curiga bahwa diantara para pengungsi pastilah
ada yang membawa peralatan yang bisa mengirimkan sinyal ke para pemberontak.
Kecurigaan pasukan Waters ternyata benar, ada seorang pengungsi bernama Gideon
yang berusaha melarikan diri saat hendak digeledah. Akhirnya Gideon pun
ditembak dan dia pun mengakui kalo dia terpaksa melakukan hal itu karena
keluarganya sedang dalam penyanderaan para pemberontak. Disinilah akhirnya juga
diketahui bahwa di dalam rombongan para pengungsi ini terselip seorang yang
akan terus diburu oleh para pemberontak dimana pun dia berada. Dia adalah
Arthur Azuka (Sammi Rotibi), putra Presiden Samuel Azuka yang berhasil selamat.
Sebagai satu-satunya putra presiden yang selamat, otomatis dia merupakan
pewaris utama yang sah dan berhak menggantikan posisi ayahnya sebagai pemimpin
suku Ibo. Karena posisi yang kian dekat, pertempuran pun tak bisa dihindari.
Pasukan Waters berusaha menghalau para pemberontak dengan peralatan yang
tersedia. Sepanjang pertempuran ini, Waters banyak kehilangan anggota
pasukannya, diantaranya adalah Slo, Flea, Lake, dan Sutra. Disinilah terlihat
bagaimana pasukan Waters begitu gigih melindungi para pengungsi. Mereka tidak
peduli lagi nyawa mereka begitu dekat dengan kematian. Di tayangan ini tampak
seorang pasukan Waters yang justru balik arah demi menyelamatkan seorang
pengungsi wanita yang tergencet pohon yang tumbang, walaupun usahanya sia-sia karena
dia sendiri bersama pengungsi itu pun akhirnya tewas tertembak pemberontak
Adegan
demi adegan menegangkan mulai tampak di segmen ini. Saling serang terjadi silih
berganti. Waters, Red, dan Zee juga terluka di adegan ini. Tapi mereka tetap
bersemangat membawa para pengungsi hingga perbatasan. Mendekati perbatasan,
kondisi semakin kacau balau. Di sisa-sisa tenaganya, tak lupa Waters meminta
bantuan pesawat tempur guna menghalau para pemberontak yang kian mendekat.
Akhirnya datanglah bantuan dua pesawat tempur yang memporakporandakan para
pemberontak. Walaupun terluka, Waters dan beberapa pasukannya berhasil membawa
sisa para pengungsi sampai di gerbang perbatasan Kamerun. Di gerbang perbatasan
Waters dan pasukannya yang selamat telah disambut oleh komandan mereka Kapten
Rhodes. Bagaimana para pengungsi begitu senang bisa bertemu kembali dengan para
anggota keluarga yang lebih dulu mengungsi.
Merekapun
merayakan kebebasan mereka dari para pemberontak dengan bernyanyi bersama
sambil mengelilingi Arthur Azuka. Mereka merasa Arthur lebih pantas sebagai
kepala suku yang mewarisi sifat-sifat ayahnya. Dengan mengangkat tangannya
sambil berseru "Merdeka!", Arthurpun larut dalam suka cita kemenangan
bersama para pengungsi lainnya. Sementara Waters dan anggota pasukannya yang
terluka segera dilarikan dengan helikopter guna mendapatkan perawatan.
Ceritapun diakhiri dengan epilog yang manis dari Edmund Burke, "The only
thing necessary for the triumph of evil is for good men to do nothing".
Analisis
film :
Teori kepemimpinan partisipatif
Film
tersebut menceritakan tentang kepemimpinan yang menggunakan teori Y, karena
pada saat pasukan Waters diberikan tugas oleh Kapten Bil Rhodes, pasukan
walters mejalankan misi nya dengan baik tanpa adanya ancaman atau pengawasan
secara ketat dari Kapten Bil Rhodes. Walaupun misi tampak seperti terjadi
sedikit perubahan. Namun pasukan Waters memiliki tanggung jawab yang baik
terhadap tugas yang diberikan dan pasukan Waters mengerahkan segala potensi
yang dimilikinya demi menyelesaikan tugasnya menyelamatkan Dr. Lena kendricks.
Teori sistem 4 dari Rensis Likert
Film
tersebut termasuk kedalam pemimpin yang bergaya kelompok berpartisipatif atau
partisipative group, karena dalam film tersebut terdapat adegan dimana Letnan
Waters yang merupakan kepala pasukan penyelamatan bertanya dan meminta pendapat
kepada anak buahnya mengenai hal membawa rombongan pengungsi bersama mereka
sampai ke daerah perbatasan, atau meninggalkan rombongan tersebut. Letnan
Waters tidak begitu saja secara sepihak mengubah misi mereka tanpa mendengar
terlebih dahulu pendapat anak buahnya. Anak buah Waters berpendapat untuk
membawa rombongan tersebut bersama mereka, karena berpikir bahwa rombongan
tersebut sudah menjadi bagian dari mereka pada saat itu, dan akhirnya Letnan
Waters pun setuju dengan pendapat anak buahnya dan melanjutkan perjalanan
bersama rombongan pengungsi hingga sampai ke perbatasan.
Teori of Leadership patter choice dari
Tannenbaum & Scmidt
Film
tersebut termasuk kedalam kepemimpinan pola 2 : “Pemimpin mendefinisikan
batas-batas dan meminta kelompok untuk membuat keputusan”. Hal tersebut tampak
pada saat Kapten Bil Rhodes memerintahkan Letnan Waters beserta pasukannya dan
Dr. Lena kendricks untuk segera meninggalkan rombongan pengungsi dan meninggalkan
daerah konflik. Setelah menerima perintah tersebut, Letnan Waters meminta
pendapat kepada anak buahnya tentang tanggapan anak buahnya terhadap perintah
tersebut, lalu Letnan Waters menggunggkapkan ketidaksetujuannya terhadap
perintah Kapten Bil Rhodes dengan alasan kemanusiaan dan menjelaskan tentang
kemungkinan kontak senjata yang mungkin terjadi apabila mereka tidak segera
meninggalkan daerah konflik. Letnan Waters tidak begitu saja bertanya atau
bahkan memberi perintah tanpa menjeleskan alasannya terlebih dahulu.
Mendengar
penjelasan Letnan Waters, anak buahnya pun akhirnya setuju dengan pendapat
Letnan Waters untuk tidak meninggalkan rombongan pengungsi dan tetap berjalan
bersama dengan para rombongan hingga sampai ke perbatasan walaupun terjadi kontak
senjata.
Teori kepemimpina dari konsep Path Goal
Theory
Film
tersebut termasuk kepemimpinan partisipatif karena pada saat menjalankan misi
nya, Letnan Waters tidak mengambil keputusan secara sepihak, melainkan ia
mendiskusikan hal tersebut dan meminta saran atau masukan kepada anak
buahnya/pasukan yang dipimpinnya. Letnan Waters bahkan bersedia
mendengarkan pendapat ataupun pemikiran Dr Lena Kendricks atau bahkan
pengungsi. Walau begitu Letnan Waters tetap mengambil keputusan dengan tegas
degan mempertimbangkan orang-orang disekitarnya.
Pendapat
Kelompok
Kelebihan :
Karakter
dan penokohan yang kuat serta Jalan ceritanya sangat menarik dan membuat kita
terharu dengan perjuangannya untuk menyelamatkan para pasien. Seorang letnan
yang bisa menjaga dan mampu memimpin para pasukanya, serta Rasa iba dari
seorang letnan yang angkuh membuat film ini menjadi daya tarik dari para
penontonnya.
intinya
banyak sekali pesan moral yang bisa diambil dari film ini. Bahwa pada dasarnya
setiap peperangan itu pasti akan menelan korban entah itu, harta benda dan
nyawa sekalipun. Dan pada akhirnya kejahatan akan kalah oleh kebaikan.
Ilustrasi musiknya pun ditata dengan apik oleh Hans Zimmer.
Kami
harap film ini dapat membuka hati bagi pada orang-orang seperti letnan
tersebut, supaya digerakkan hatinya untuk menolong sesama tanpa memandang suku,
budaya dan agama. Karena kita sesama manusia harus saling tolong- menolong.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar